Thursday, May 18, 2006

sebuah.refleksi.2

Tehe..
Kali ini, bakal bahas perlakukan Indonesia terhadap sesuatu yang dianggap minoritas. Apakah Indonesia selama ini sudah mengakomodasi kebutuhan dari pihak minoritas ? Hm..itu perlu dipikirkan ulang. Fakta di lapangan berbicara, Indonesia masih sangat tunduk pada kepentingan mayoritas. Padahal, apabila minoritas tidak ada yang melindungi, kepada siapa mereka harus berteriak meminta perlindungan ??
Da Vinci Code..sounds familiar ? Pasti. Buku yang kontroversial dan best seller hampir di seluruh dunia. Di mana sebenarnya letak kontroversi dari buku ini ? Well, jelas karena di buku ini diungkap sisi lain yang entah darimana faktanya mengenai keberadaan suatu agama. Untuk informasi aja, filmnya juga sudah mulai beredar.
Apa hubungannya dengan Indonesia ? Kalau ada yang ingat nasib film kartun " The Prince of Egypt " yang diblokade sehingga tidak masuk ke Indonesia. Perlu diingat juga diblokadenya film ini karena menyinggung salah satu agama mayoritas di Indonesia, apalagi waktu itu negara tetangga Malaysia juga turut memblokade-nya. Kasus lain, cover album " Manusia setengah Dewa " milik Iwan Fals yang menyinggung agama mayoritas di Bali, anehnya kasus ini hilang bagai ditelan asap. Beda dengan kasus cover album Dewa 19 yang sempat bermasalah tapi kemudian diganti, karena lagi2 logo yang secara tidak sengaja terpampang adalah logo milik agama mayoritas.
Kembali ke soal Da Vinci Code. Film ini jelas telah diprotes keras dan dicekal oleh pihak Vatikan. Tapi, di Indonesia toh " lempeng - lempeng " aja. Seakan - akan pihak Indonesia tidak ememikirkan perasaan agama2 minoritas beserta pemelukknya. Kalau ketika itu film The prince of Egypt harus diblokade..kenapa Da Vinci Code juga tidak diberi perlakuan serupa ? Padahal, buku ini memberikan penafsiran yang berbeda dengan isi dari kitab suci agama yang bersangkutan. Kemudian, kenapa cover album Iwab Fals tidak dirubah ? Padahal masyarakat Bali sudah berang dan tersinggung ? Anehnya cover album Dewa justru diganti.
Dari kasus - kasus di atas jelas Indonesia masih belum dapat bersikap adil. Apalagi dengan anehnya Indonesia diangkat sebagai dewan HAM...hm..quite a thought ? Bagaimana mungkin Indonesia punya muka untuk menerima kehormatan itu, sedangkan HAM di Indonesia sudah seperti tidak ada harganya. Mayoritas selalu mengalahkan yang Minoritas. Apakah Pemerintah Indonesia sudah tidak kuat membeli cermin sehingga tidak dapat berkaca tentang keadaan Indonesia sesungguhnya ?

3 Comments:

At 10:20 AM , Anonymous Anonymous said...

NIA...nice thought....gw sih mungkin setuju dengan pendapat lo kalo pemerintah indonesia masih blom adil terhadap kelompok minoritas...tapi kalo untuk blokade DAVINCI CODE? gw nggak setuju,.karena gw pengen nonton.....kalo film2 yang lo sebut pernah di blokade di Indonesia gw sih juga tahu dan kesel karena itu...gw nggak suka deh blokade2 karya orang.....

 
At 11:01 AM , Blogger .:NiaSleborCrew:. said...

loh..gue ga blg blokade...maksud gue kok ga mengalami nasib yg serupa. Kalo gue si, meskipun dimainin kalo ga niat nonton jg ga nonton. Lihat aja dulu Buruan Cium Gue aja gara2 masalah judul repson heboh kan..

 
At 6:17 AM , Anonymous Anonymous said...

kalo gw rasa, orang Indonesia itu untuk masalah blokade karya orang itu bukan dari masalah isi. Mereka lebih concern ke masalah judul dan fenomena yg terjadi...padahal hal itu sangat fatamorgana banget...Makanya BCG yang nggak ada apa-apanya, Prince of Egypt yang juga lurus2 aja, dan PLAYBOY yg masih aman2 aja bisa diblokade....sebenernyas sih nggak bagus sistem begitu, kesannya Indonesia nggak pernah ada content management/control ke setiap karya media...yang di lihat cuma fenomenad dan judul doang...

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home